Menggenggam Harap Bersama 3i Networks CAR



Mengutip sebuah kisah yang di posting celengancerdas.com,
Seminggu ini, ada 3 orang ibu-ibu yang berbagi kisah dengan saya, bagaimana mereka yang tadinya memiliki kehidupan gemilang, dimanja suami, difasilitasi berbagai kebutuhan dan langsung terpuruk begitu sang tulang punggung sakit dan meninggal dunia. Padahal, ada anak-anak yang masih butuh perhatian dan biaya yang besar. Apa jadinya jika sang istri tidak pernah bekerja sebelumnya?  Bagaimana nasib anak-anak mereka nantinya, kehidupan seperti apa yang akan mereka hadapi?
Ternyata, sangat penting bagi kita semua untuk memiliki passive income yang terus mengalir bahkan ketika kita sudah tidak bisa bekerja atau meninggal sekalipun.
Berbeda dengan 2 ibu yang lainnya, Ibu Dewi (45 tahun) termasuk wanita yang terbiasa bekerja, beliau adalah seorang PNS, guru SMAN 1 KARANGANYAR SOLO, beliau juga termasuk aktivis dengan berbagai macam keahlian lainnya, dan selalu berdampingan dengan suami berjuang untuk menggapai mimpi mereka, namun kehidupannya berubah drastis ketika suami sakit dan meninggal dunia. beliau ingin kisahnya ini mampu menjadi inspirasi bagi semua wanita diseluruh Indonesia, supaya memiliki ketangguhan untuk tidak mudah menyerah dan mau terus berjuang dalam keadaan tersulit sekalipun.
Terus terang saja, tadinya saya masih menimbang-nimbang dan mencari cari waktu yang tepat untuk  mengangkat kisah ini. Namun sepertinya cerita ibu Dewi ini mampu menyadarkan kita tentang banyak hal.
“Berhati-hatilah dengan Comfort zone yang justru bisa meninabobokan”
LIFE BEGINS AT THE END OF YOUR COMFORT ZONE
7 Tahun lalu, ibu Dewi dan keluarga hidup berkecukupan, almarhum suaminya menjabat sebagai Wakil Rektor di Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. Selain sebagai Wakil Rektor, almarhum juga mengeluti beberapa bisnis, termasuk diantaranya beberapa bisnis networking yang membuat financial mereka dalam kondisi sangat baik saat itu.
Tahun 2011 adalah awal datangnya cobaan, sang suami jatuh sakit dan mengalami stroke selama 3 tahun. Selama 3 tahun itu pula, pengobatan terus berjalan dan tabungan dari 6 bank pun terkuras habis. Semua aset yang ada pun terpaksa dijual, termasuk rumah, mobil dan sebagainya, bahkan ibu Dewi pun terpaksa harus berhutang di Bank dan Koperasi supaya pengobatan tetap harus berjalan. Namun ternyata Tuhan berkehendak lain, Tahun 2014 suaminya dipanggil Sang Ilahi.
Ibu Dewi pun sadar, berpulangnya almarhum kepangkuan Ilahi, ternyata bukan hanya membuatnya kehilangan seorang suami dan kepala keluarga saja, namun tugas “tulang punggung” itu akhirnya resmi telah berpindah kepadanya. Walaupun sebenarnya sejak suaminya sakit pun, secara tidak langsung tugas sebagai pencari nafkah memang telah dipikulnya. Namun saat itu kehadiran sang suami tetap menjadi kekuatan tersendiri. Setelah kepergian sang suami, keterpurukan semakin membelitnya, ibu Dewi harus terus berjuang, membanting tulang untuk melunasi hutang bank dan koperasi yang telah menggunung. Belum lagi, ketika harus memikirkan biaya pendidikan ketiga anak-anaknya. Si sulung Viki Armando Prawira yang mulai kuliah, yang ke 2 Diky Adha Romansyah, SMK dan bungsu Zaky Ahmad Ridwansyah yang masih SD.

Ibu Dewi Hidayati SPd (kiri), Guru SMAN 1 Karanganyar SOLO bersama rekan sejawatnya



Ibu Dewi (Mc pengantin, Aktivis, dan Pebisnis 3i)
Ibu Dewi pun masih tetap bekerja sebagai guru, namun gaji yang bisa beliau terima hanya 1/4nya saja, karena selebihnya adalah untuk melunasi hutang-hutangnya. Berbagai macam usaha terus beliau lakukan. Beliau juga berprofesi sambilan sebagai seorang MC pengantin. Ibu Dewi juga selalu bersosialisasi, beliau aktivis dari berbagai organisasi kemasyarakatan, diantaranya GOW, IWAPI, TIARA KUSUMA, ALHIDAYAH dan MELATI. Ibu cantik ini pun terpilih sebagai wanita inspiratif kabupaten. Di samping seabrek kegiatannya, di rumahnya beliau juga masih membuka usaha otak-otak bandeng. Apapun beliau lakukan selama itu bisa membantu melunasi hutang dan membuat anak-anaknya tetap mendapatkan kehidupan dan pendidikan terbaik.
Ibu Dewi tidak pernah membiarkan rasa putus asa menghampirinya, beliau selalu berusaha dan berdoa, beliau berharap suatu hari nanti ada pekerjaan yang mampu mendatangkan perubahan lebih cepat tanpa modal yang besar tentunya. Dan ternyata, Tuhan menjawab doa beliau.
Awal perkenalan dengan 3i Networks CAR
Oktober 2014, Bapak Suhanda,  teman lama almarhum suaminya datang kerumah bersama istrinya, saat itu pak Suhanda tidak membawa 1 lembar kertaspun, beliau hanya bercerita bahwa bisnis CAR 3i resmi OJK dan merupakan SALIM Group. Dan ibu Dewi pun memutuskan bergabung dengan harapan bisnis ini mampu mengubah hidupnya 1 – 1,5  tahun kedepan.


Awal perjuangan di 3i networks CAR 1,5tahun lalu Roadshow ke Madiun, Surabaya dan Tretes.


Pawai 17 Agustus di Alun alun kab Karanganyar untuk memperkenalkan program 3i networks CAR


Bersama mitra-mitra 3i lainnya.
Presentasi pertama dilakukan di sebuah Rumah Makan Talijiwo Karanganyar, saat itu yang diundang 14 orang, dan 8 orang langsung memutuskan bergabung. Dan bu Dewi menikmati gaji pertama 1.072.000,-.
Pencapaian di 3i Networks CAR
  • Bergabung Oktober 2014
  • November 2015 – bonus pertama 1.072.000,-
  • Maret 2015 – Team Agency
  • Juni 2015 – Leader Agency bonus 4,7jutaan
  • Maret 2016 – Bronze Agency bonus 9 jutaan
  • Target November 2016 masuk Silver Agency
Beliau mengaku memang secara teori, pencapaian beliau di 3i ini memang belum apa-apa dibandingkan leader-leader yang lain. Namun beliau ingin menyadarkan kita bahwa disela-sela kesibukannya pun beliau masih bisa dengan pencapaian seperti ini, mampu mengalahkan gajinya sebagai seorang guru. Bahkan putra sulungnya pun telah menikmati bonus sebagai seorang Leader Agency.
Dan dari hasil bonus 3i, Maret 2016 lalu, ibu Dewi memberanikan diri mengambil mobil Ertiga untuk menyokong aktivitasnya dalam menjalankan 3i Networks. Beliau mulai serius memfokuskan diri di 3i. Mimpi-mimpi indah itu telah mulai terlihat. Harap itu ada bersama 3i Networks CAR.

Mobil Ertiga di cicil dari bonus 3i Networks CAR

koran JAWA POS memuat bu Dewi sebagai salah satu wanita inspiratif yang mampu mendulang bonus dari CAR untuk membeli mobil.

Anak-anak mendapatkan pendidikan terbaik adalah salah satu impiannya. (Foto diambil saat wisuda putra sulung beliau).

Ibu Dewi bersama ketiga putranya
Hidup ini memang selalu tentang pilihan, kitalah yang memilih bagaimana kita menyikapinya. Meratapi atau memilih bangkit? Berjuang atau justru menyerah? Keadaan boleh memaksa kita untuk bersedih, menangis, kecewa dan terluka, namun jangan pernah tenggelam oleh karenanya. When you stop dreaming, stop caring, stop learning, stop fighting then LIFE ENDS.
Never give up 
Never lose hope.
Always have faith, it allows you to cope.
Trying times will pass, As they always do.
Just have patience, Your dreams will come true.
So put on a smile, You’ll live through your pain,
Know it will pass, and Strenght you will gain.

Salam Dahsyaaattt...
Previous
Next Post »
0 Komentar